Pulangkan Tanah Kami, atau Pulangkan Aceh Sekalian!

20 tahun sudah damai diteken, tapi apa hasilnya? MoU Helsinki belum sepenuhnya dijalankan, bendera Aceh masih dianggap ancaman, dan kini tanah kami dirampok terang-terangan. Kalau begini caranya, lebih baik Aceh kembali ke jalan kemerdekaannya.

Oleh: Ayah Meurantee

BANDA ACEH – Pernyataan Mendagri Tito Karnavian yang menyarankan Aceh menggugat ke PTUN soal 4 pulau yang dirampas oleh Sumatera Utara bukan hanya menyakitkan, tapi mengonfirmasi satu hal: Indonesia tidak pernah menganggap Aceh sebagai bagian yang setara, apalagi bermartabat.

Sejak awal, Aceh hanya dianggap sebagai sapi perah. Sumber daya kami disedot, tanah kami dikebiri, sejarah kami dikubur, dan martabat kami diinjak dengan hukum buatan pusat. Dan sekarang, ketika pulau-pulau kami dicaplok seenaknya, kami disuruh “menggugat” seperti pengemis tanah sendiri?

Kami bukan pengemis! Kami bukan provinsi penumpang! Kami bangsa yang pernah merdeka jauh sebelum republik ini lahir!

Indonesia Kapitalisme, Bukan Keadilan

Apa yang kita lihat hari ini adalah wajah asli negara bernama Indonesia: kapitalis penuh topeng nasionalisme. Mereka datang hanya untuk menguras kekayaan, bukan membangun. Mereka bicara persatuan, tapi yang mereka cari hanya izin tambang, blok migas, dan aliran dana APBN yang bisa mereka kontrol dari pusat.

Aceh bukan bagian dari permainan-style kapitalisme ala Jakarta, tempat segalanya diukur dengan proyek dan politik upeti. Ini tanah suci! Tanah yang sudah disirami darah para syuhada, bukan tanah investasi pusat yang bisa dijual pada penawar tertinggi!

Kembalikan Semangat Aceh Merdeka!

20 tahun sudah damai diteken, tapi apa hasilnya? MoU Helsinki belum sepenuhnya dijalankan, bendera Aceh masih dianggap ancaman, dan kini tanah kami dirampok terang-terangan.

Kalau begini caranya, lebih baik Aceh kembali ke jalan kemerdekaannya.

Kami serukan kepada seluruh anak bangsa Aceh: jangan diam! Ini bukan soal pulau. Ini soal kehormatan bangsa. Ini soal apakah kita rela terus diinjak atau kita bangkit dan menolak diludahi untuk kedua kali.

Kami Bukan Daerah, Kami Bangsa!

Sudah saatnya Aceh bersatu kembali. Kita tidak bisa terus tunduk pada sistem pusat yang rakus, menipu atas nama hukum, dan menghisap atas nama pembangunan.

Jangan ajari kami menggugat! Kami bangsa, bukan budak hukum buatan penjajah berganti baju!

Jika tanah Aceh tak dianggap milik rakyat Aceh, maka mari kita pertanyakan kembali, apakah Aceh masih bagian dari republik yang tak mengakui eksistensi kita sebagai bangsa?

Pulangkan tanah kami, atau pulangkan Aceh ke jalan kemerdekaan. Kami tidak akan pernah menjadi budak dalam tanah sendiri.

Aceh! Bangkit! Merdeka atau Mati!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *